Halaman

Powered By Blogger

Kamis, 23 Mei 2013

Hiking Yuk!



Ketika 39 Berubah Menjadi 19
Oleh : Aisha Khairunnisa

            Saat melingkar di pelataran masjid UNSUR beberapa hari yanga lalu, saya merasa ragu mendengar ajakan dari panitia untuk ikut rihlah ke Curug cibeureum,  namun saya sangat penasaran dengan pemandangan disana yang konon sangat indah sehingga diminati turis dari mancanegara, pun sebagai warga Cianjur asli, yang lahir disini, saya merasa malu juga belum pernah melihat curug Cibeureum, padahal melihat curug di kota-kota lain saya pernah. Akhirnya dengan berucap bismillah dan tekad yang kuat saya memutuskan untuk ikut serta, walaupun masih ragu-ragu karena harus meninggalkan anak-anak yang masih kecil.

            Setelah mendapat keluarga yang mau dititipi lima anak saya, tekad saya untuk ikut rihlah semakin kuat, semakin terbayang pemandangan gunung Gede dan sekitarnya yang indah, terbayang masa remaja saya ketika camping bersama tim PMR dari sekolah, terbayang kembali masa-masa indah ketika bertamasya bersama keluarga besar suami yang saya cintai saat kami belum menikah dulu, ahhhh jadi pengen cepat sampai disana!, saya pun mengirim sms kepada panitia dan mendaftar untuk ikut rihlah.

            Hari ahad yang cerah, tanggal 5 mei 2013, setelah siap dengan semua perbekalan di ransel, saya segera berangkat menuju pelataran Hypermart sesuai petunjuk dari panitia, namun karena masih pagi yaitu sekitar pukul 6 lewat 10 menit, belum ada seorangpun panitia yang saya temui disana, saya pun memutuskan untuk sarapan dulu di area Car free Day, sepiring kupat tahu akhirnya menjad menu sarapan pagi itu, kemudian saya mencari lauk untuk menu makan siang di Curug nanti, hitung-hitung warming up, saya berjalan mengelilingi area Car free Day sambil menggendong ransel yang beratnya kurang lebih duakilo gram, lumayan membuat badan berkeringat, sampai akhirnya saya kembali ke pelataran parkir Hypermart untuk berkumpul dengan panitia.   
   
            Setelah menunggu beberapa saat, kami segera berangkat menuju Cibodas, selama perjalanana saya gembira, namun hati saya masih ragu-ragu, apakah saya sanggup untuk sampai di curug Cibeureum? Mengingat kondisi fisik saya yang sudah tidak muda lagi, apakah di usia 39 saya masih mampu bersaing dengan para gadis, anggota lain yang baru 19 tahun? Saya harus ekstra hati-hati mengingat saya sudah turun mesin selama lima kali, otomatis onderdil dalam tubuh saya sudah banyak yang aus ditambah jarang berolahraga, huuuuufffff…..,mampukah saya?

            Pemandangan di gunung Gede membuat semangat saya kembali bangkit, sambil menikmati keindahan alam dan udara yang segar, saya mencoba menghibur diri sendiri sambil bercanda bersama teman-teman dan memotret pemandangan, dan klik klik seorang photographer amatiran segera beraksi, namun hati ini masih tetap dihantui rasa ragu, saya takut di perjalanan membuat repot panitia, karena saya pingsan, yeeeeee!!!




            Masha Allah! 28 HM? Saya tertegun sebelum memulai menaiki tangga, demi melihat tulisan itu di tugu menuju curug cibeureum, ternyata pengunjung sedang ramai juga, banyak wisatawan dari dalam dan luar Negeri, ahhh rasa takut ini saya buang jauh-jauh, sebgai warga Cianjur yang baik, malu donk kalau saya engga sempat melihat curug Cibeureum! Ini kesempatan, dan kesempatan belum tentu terulang kembali! Saya kembali bersemanagat!!.

            Dengan berdo’a sepanjang perjalanan, saya mulai menaiki tangga satu persatu, entah berapa ratus anak tangga dari batu ini yang harus dinaiki hingga bisa sampai ke curug, saya tidak sempat menghitungnya atau bertanya kepada panitia, yang ada dalam benak saya adalah saya harus menaiki anak tangga ini dengan selamat, titik! Ada pertanyaan iseng yang muncul di benak sya, siapakah orang-orang hebat yang sudah menyusun batu-batu ini menjadi anak tangga? Betapa besar jasa mereka, batu-batu alam yang ukurannya sangat besar-besar ini sangat membantu wisatawan untuk sampai ke curug Cibeureum atau ke gunung Gede, semoga Allah SWT membalas jasa mereka, aamiinn!

            Beberapa meter sebelum sampai di telaga Bening, yang konon tempat mandinya istri Prabu Siliwangi, saya sempat putus asa, apakah akan melanjutkan perjalanan atau mundur? Teh Defa sempat bertanya juga tentang kesediaan saya apakah saya memilih mundur atau maju terus? Tapi saya menjawab atau, karena semangat masih ada namun kondisi fisik sudah mulai lelah, lutut terasa mau copot, dan nafas mulai ngos-ngosan, maklum dah emak-emak!, namun cerita Kang Asep tentang telaga Bening membuat saya kembali semangat dan penasaran, apalagi tentang cerita penampakan seorang putri di fhoto jika kita mengambil posisi ke sebrang telaga, maka di fhoto akan muncul seorang putri,


 (btw fhoto ini membuat saya engga bisa tidur semalaman, Karena takut yang muncul bukan seorang putri namun yang lainnya hiyyyyy!!!, apalagi  di rumah saya tinggal sendirian karena anak-anak ngungsi di rumah kakak saya! Hik hik! Rasa ngantuk yang mendera masih kalah oleh rasa takut mengingat cerita kang Asep, ya Allah mengapa saya iseng ngambil fhoto telaga Bening segala ya!) *edisi emak penakut

            Back to the topic,
            Semangat kembali membuncah, demi mendengar seorang wisatawan berteriak kalau suara air terjun sudah terdengar, sudah dekat kah? Panitia hanya berujar kira-kira sekian kilometer lagi, haaaaahhhh?????? Kapan sampainya??? Ahhh masa saya harus mundur? Ayooo semangat!, teh Defa mengajak saya berbincang tentang bisnis, dan secara naluriah mendengar bisnis semangat saya semakin berapi-api, seperti halnya Mr Crabs di Film Kartun Sponge Bob Square Pants, jika mendengar Dollar maka matanya berubah menjadi hijau dan bergambar USD, nahhh… begitupun dengan saya, keletihan dan kelelahan yang sangat, akhirnya hilang seketika setelah berbincang masalah bisnis, mata saya langsung merah muda bergambar Soekarno Hatta, wikwiwwww!!! Bisnis makkk!!! Ya.. kalau engga bisnis anak-anak mau makan apa hayoooo!!!

            Alhamdulillah baru sampai jembatan!, jembatan yang tebuat dari kayu dan juga dari semen, asyikknyaaaa…!!!, kita bisa narsis-narsisan karena pemandangannya yang indah, klik klik photagrafer amatiran kembali beraksi! Dan tadaaaaaaa!!! Hasilnya oke juga mak! Belum ditambah pemandangan lain yang oke juga, wisatwan asing berlalu lalang di depan mata, sekalian cuci mata ahh!, kasian mata saya sepet melihat beras terus tiap hari! Hehehe! Uuufff maaaf!!


            Daaannn akhirnyaaaaa!!!
            Alhamdulillah, SubhanAllah, Masha Allah, Allahu Akbar!!!
Saya terus menerus mengucapkan kalimah toyyibah itu, setelah sampai di curug dan melihat pemandangan yang begitu indah dan ramai, karena berbaur antara suara manusia dan air terjun yang bergemuruh, tapi mana monyetnya????? Saya penasaran banget karena pak Ustadz yang ngasih tausiah mengatakan banyak monyet disana, apakah makna ‘monyet’ disini secara harfiah atauuuuuuuuuu??? Jangan-jangan saya sendiri monyetnya, ihhhhhh!!!

            Biarin ah ga ketemu monyet, yang penting happy together sama teman-teman, bermain air dan apa lagi yaaaa!!! Pokoke senang-senang, melupakan rutinitas sejenak, sekali-kali meninggalkan cucian dan urusan domestic lainnya, sesekali pergi sendirian dan menikmati hidup tanpa direcoki lima krucil saya, pokoke happyyyyyy!! Dan saya merasa berubah menjadi 19 tahun, lupa sama umur yang sebenarnya, karena ternyata saya mampu mencapai curug dengan selamat, teryata saya masih bisa seperti teman-teman yang masih muda dan bersemangat itu! Makasih yang teman-teman!, dah ngomporin saya secara tidak langsung hehehe!!




            Wowww amazing place! It made me refresh my body and soul (maaf kalau salah nulisnya!), dan yang terpenting adalah hikmah dari perjalanan ini, dari mulai prefaring semua perbekalan, menyiapkan anak-anak untuk mengungsi sejenak demi emaknya tercinta, sampai acara di curug, saya bisa menyimpulkan bahwa hidup adalah tantangan, yang harus dihadapi, tak boleh ada kata menyerah kalah sebelum mencoba, dan semua harus  dikembalikan kepada sang Maha Pencipta Allah SWT, akankah kita bersyukur atau kufur? 

            Duhai Robb yang Maha Pengasih dan Penyayang!
Terima kasih atas indahnya hidup yang telah Engkau berikan kepada kami semua, semoga kami bisa menjaga dan melestarikannya meskipun ujian datang bertubi namun kami akan tetap tegar karena Engkau ada dalam hati dan pikiran kami, aammiinn!!




Cianjur, 05 Mei 2013
Catatan perjalanan  Emak Rempong bagian 2

NB : tugas saya di FLP Cianjur dan sudah diposting di IIDN Group

2 komentar: