Ketika 1 mejadi 700
Oleh : Aisha Khairunnisa
Saya hanya menagis waktu itu, ketika
suami memarahi saya hanya gara-gara saya memberikan uang seribu rupiah kepada
seorang pengamen yang datang ke rumah, bukan kaena suara merdu sang pengamen
yang menyanyikan lagu sunda dengan diiringi gitarnya, suaranya memang tak
sebagus Sammi Yusuf dan Maher Zein, namun ada niat lain pada pemberian
selembar uang bergambar wajah pahlawan
Pattimura itu, suami tak tahu niat saya dan memang salah saya mengapa tak
mengutarakan niat saya, hmmm sudahlah, kemarahannya sudah terjadi dan air mata
itu sudah membasahi wajah saya.
Mengapa saya menangis? Dan mengapa
suami marah besar dengan hal yang sangat sepele? Karena intinya tidak ada
komunikasi diatara kami waktu itu, saya punya niat baik yang suami tak
mengetahui nya sehingga meletuslah sebuah pertengkaran kecil di rumah kami,
walaupun akhirnya kami berbaikkan kembali, tapi peirstiwa itu tak kan saya
lupakan, karena mengandung hikmah, mungkin tidak hanya bagi saya tapi juga bagi
orang lain, Inshaa Allah!
“Ma,
kenapa uang seribu itu Mama kasih ke pengamen?, memangnya Mama punya berapa
sih? Kok tega-teganya kasih ke pengamen? Kita kan lagi engga punya uang? Mama
sudah kaya ya?” suami memberondong saya dengan pertanyaan, dan saya hanya
diam saja, sebab bingung mau ngomong apa, dan ketika suami dalam kondisi marah,
saya tak berani berkata apapun karena takut malah menambah runyam masalah,
“Ma,
jawab donk! Jangan diam saja!“ akhirnya suami membentak, bukannya kata-kata
yang keluar dari mulut saya namun air mata yang meluncur deras sebagai
jawbannya, saya tak bisa dibentak, rasanya sakit banget hati ini, hanya karena
uang seribu rupiah, saya dan suami jadi berantem,
untungnya anak-anak sedang bermain diluar rumah, jadi tidak ada yang melihat
kami,
“Bapak
gajian masih lama, sekitar dua hari lagi, di rumah kita engga punya pa-apa,
memangnya Mama mau kasih makan apa ke anak-anak?” sambung suami, saya masih
tetap membisu, saya bingung harus menjawab apa, tapi tangan saya terus
melanjutkan orderan memasang payet dari seorang teman yang sudah langganan,
karena target hari ini harus beres dan saya berharap teman saya membayarnya
hari ini juga, jadi saya merasa tenang saja, walaupun uang yang cuma seribu
rupiah itu diberikan kepada pengamen,
‘Ya
Robb! Tolong beri aku rizki lewat tanganku! Berapapun! Mudah-mudahan kami bisa
makan untuk beberapa hari tanpa harus mengutang kepada orang lain, tolong Ya
Allah! Tolong…!, kuakui hamba banyak dosa, tapi tolong kabulkan do’aku kali
ini!’ rintihku dalam hati, seraya terus mengerjakan orderan, air mata ini tetap
tak bisa kubendung, karena saya merasa telah berbuat salah pada suami dengan
mensedekahkan uang seribu rupiah itu tanpa seizinnya.
Sore hari, setelah sholat ashar
teman saya datang, beliau mengambil kebaya yang sudah selesai, kemudian
memberikan kebaya lain yang harus dipasangi payet, orderan baru datang, saya
senang sekali, setiap kebaya yang diberi payet saya diberi upah seratus lima
puluh ribu rupiah dan harus selesai dalam satu minggu untuk empat buah kebaya plus satu kerudung, yang
kerudung hanya seratus ribu rupiah, maklum waktu itu orang yang bisa memasang
payet masih jarang sehingga upahnya lumayan besar, tidak seperti sekarang,
banyak wanita yang bisa memasang payet dan bayarannya murah, lalu teman saya
memberi upah untuk dua buah kebaya yang sudah selesai, saya pun menerima uang
sebesar tiga ratus ribu rupiah, cukup untuk makan satu minggu, Alhamdulillah!
Dua hari kemudian, tugas memasang
payet selesai, dan suami pun sudah menerima gaji dari tempatnya bekerja, suami
terheran-heran melihat saya memegang uang banyak selain gaji yang dia berikan
“Uang darimana, Ma?” tanyanya
penasaran,
“Dari Allah, karena Mama sedekah
seribu rupiah ke pengamen, maka Allah memberi tujuh ratus ribu rupiah” jawab
saya sambil tersenyum, suami mengerti maksud saya, dia hanya memeluk dan
mencium saya hangat.
NB : tulisan ini sudah di posting di IIDN Group
Hihihihihi, endingnya indah sekalai. . .
BalasHapusMAri tingkatkan sedekah kita. . . ^_*
Trims teteh dah mampir, jadi maluuu!! :)
Hapus