Halaman

Powered By Blogger

Kamis, 23 Mei 2013

Hiking Yuk!



Ketika 39 Berubah Menjadi 19
Oleh : Aisha Khairunnisa

            Saat melingkar di pelataran masjid UNSUR beberapa hari yanga lalu, saya merasa ragu mendengar ajakan dari panitia untuk ikut rihlah ke Curug cibeureum,  namun saya sangat penasaran dengan pemandangan disana yang konon sangat indah sehingga diminati turis dari mancanegara, pun sebagai warga Cianjur asli, yang lahir disini, saya merasa malu juga belum pernah melihat curug Cibeureum, padahal melihat curug di kota-kota lain saya pernah. Akhirnya dengan berucap bismillah dan tekad yang kuat saya memutuskan untuk ikut serta, walaupun masih ragu-ragu karena harus meninggalkan anak-anak yang masih kecil.

            Setelah mendapat keluarga yang mau dititipi lima anak saya, tekad saya untuk ikut rihlah semakin kuat, semakin terbayang pemandangan gunung Gede dan sekitarnya yang indah, terbayang masa remaja saya ketika camping bersama tim PMR dari sekolah, terbayang kembali masa-masa indah ketika bertamasya bersama keluarga besar suami yang saya cintai saat kami belum menikah dulu, ahhhh jadi pengen cepat sampai disana!, saya pun mengirim sms kepada panitia dan mendaftar untuk ikut rihlah.

            Hari ahad yang cerah, tanggal 5 mei 2013, setelah siap dengan semua perbekalan di ransel, saya segera berangkat menuju pelataran Hypermart sesuai petunjuk dari panitia, namun karena masih pagi yaitu sekitar pukul 6 lewat 10 menit, belum ada seorangpun panitia yang saya temui disana, saya pun memutuskan untuk sarapan dulu di area Car free Day, sepiring kupat tahu akhirnya menjad menu sarapan pagi itu, kemudian saya mencari lauk untuk menu makan siang di Curug nanti, hitung-hitung warming up, saya berjalan mengelilingi area Car free Day sambil menggendong ransel yang beratnya kurang lebih duakilo gram, lumayan membuat badan berkeringat, sampai akhirnya saya kembali ke pelataran parkir Hypermart untuk berkumpul dengan panitia.   
   
            Setelah menunggu beberapa saat, kami segera berangkat menuju Cibodas, selama perjalanana saya gembira, namun hati saya masih ragu-ragu, apakah saya sanggup untuk sampai di curug Cibeureum? Mengingat kondisi fisik saya yang sudah tidak muda lagi, apakah di usia 39 saya masih mampu bersaing dengan para gadis, anggota lain yang baru 19 tahun? Saya harus ekstra hati-hati mengingat saya sudah turun mesin selama lima kali, otomatis onderdil dalam tubuh saya sudah banyak yang aus ditambah jarang berolahraga, huuuuufffff…..,mampukah saya?

            Pemandangan di gunung Gede membuat semangat saya kembali bangkit, sambil menikmati keindahan alam dan udara yang segar, saya mencoba menghibur diri sendiri sambil bercanda bersama teman-teman dan memotret pemandangan, dan klik klik seorang photographer amatiran segera beraksi, namun hati ini masih tetap dihantui rasa ragu, saya takut di perjalanan membuat repot panitia, karena saya pingsan, yeeeeee!!!




            Masha Allah! 28 HM? Saya tertegun sebelum memulai menaiki tangga, demi melihat tulisan itu di tugu menuju curug cibeureum, ternyata pengunjung sedang ramai juga, banyak wisatawan dari dalam dan luar Negeri, ahhh rasa takut ini saya buang jauh-jauh, sebgai warga Cianjur yang baik, malu donk kalau saya engga sempat melihat curug Cibeureum! Ini kesempatan, dan kesempatan belum tentu terulang kembali! Saya kembali bersemanagat!!.

            Dengan berdo’a sepanjang perjalanan, saya mulai menaiki tangga satu persatu, entah berapa ratus anak tangga dari batu ini yang harus dinaiki hingga bisa sampai ke curug, saya tidak sempat menghitungnya atau bertanya kepada panitia, yang ada dalam benak saya adalah saya harus menaiki anak tangga ini dengan selamat, titik! Ada pertanyaan iseng yang muncul di benak sya, siapakah orang-orang hebat yang sudah menyusun batu-batu ini menjadi anak tangga? Betapa besar jasa mereka, batu-batu alam yang ukurannya sangat besar-besar ini sangat membantu wisatawan untuk sampai ke curug Cibeureum atau ke gunung Gede, semoga Allah SWT membalas jasa mereka, aamiinn!

            Beberapa meter sebelum sampai di telaga Bening, yang konon tempat mandinya istri Prabu Siliwangi, saya sempat putus asa, apakah akan melanjutkan perjalanan atau mundur? Teh Defa sempat bertanya juga tentang kesediaan saya apakah saya memilih mundur atau maju terus? Tapi saya menjawab atau, karena semangat masih ada namun kondisi fisik sudah mulai lelah, lutut terasa mau copot, dan nafas mulai ngos-ngosan, maklum dah emak-emak!, namun cerita Kang Asep tentang telaga Bening membuat saya kembali semangat dan penasaran, apalagi tentang cerita penampakan seorang putri di fhoto jika kita mengambil posisi ke sebrang telaga, maka di fhoto akan muncul seorang putri,


 (btw fhoto ini membuat saya engga bisa tidur semalaman, Karena takut yang muncul bukan seorang putri namun yang lainnya hiyyyyy!!!, apalagi  di rumah saya tinggal sendirian karena anak-anak ngungsi di rumah kakak saya! Hik hik! Rasa ngantuk yang mendera masih kalah oleh rasa takut mengingat cerita kang Asep, ya Allah mengapa saya iseng ngambil fhoto telaga Bening segala ya!) *edisi emak penakut

            Back to the topic,
            Semangat kembali membuncah, demi mendengar seorang wisatawan berteriak kalau suara air terjun sudah terdengar, sudah dekat kah? Panitia hanya berujar kira-kira sekian kilometer lagi, haaaaahhhh?????? Kapan sampainya??? Ahhh masa saya harus mundur? Ayooo semangat!, teh Defa mengajak saya berbincang tentang bisnis, dan secara naluriah mendengar bisnis semangat saya semakin berapi-api, seperti halnya Mr Crabs di Film Kartun Sponge Bob Square Pants, jika mendengar Dollar maka matanya berubah menjadi hijau dan bergambar USD, nahhh… begitupun dengan saya, keletihan dan kelelahan yang sangat, akhirnya hilang seketika setelah berbincang masalah bisnis, mata saya langsung merah muda bergambar Soekarno Hatta, wikwiwwww!!! Bisnis makkk!!! Ya.. kalau engga bisnis anak-anak mau makan apa hayoooo!!!

            Alhamdulillah baru sampai jembatan!, jembatan yang tebuat dari kayu dan juga dari semen, asyikknyaaaa…!!!, kita bisa narsis-narsisan karena pemandangannya yang indah, klik klik photagrafer amatiran kembali beraksi! Dan tadaaaaaaa!!! Hasilnya oke juga mak! Belum ditambah pemandangan lain yang oke juga, wisatwan asing berlalu lalang di depan mata, sekalian cuci mata ahh!, kasian mata saya sepet melihat beras terus tiap hari! Hehehe! Uuufff maaaf!!


            Daaannn akhirnyaaaaa!!!
            Alhamdulillah, SubhanAllah, Masha Allah, Allahu Akbar!!!
Saya terus menerus mengucapkan kalimah toyyibah itu, setelah sampai di curug dan melihat pemandangan yang begitu indah dan ramai, karena berbaur antara suara manusia dan air terjun yang bergemuruh, tapi mana monyetnya????? Saya penasaran banget karena pak Ustadz yang ngasih tausiah mengatakan banyak monyet disana, apakah makna ‘monyet’ disini secara harfiah atauuuuuuuuuu??? Jangan-jangan saya sendiri monyetnya, ihhhhhh!!!

            Biarin ah ga ketemu monyet, yang penting happy together sama teman-teman, bermain air dan apa lagi yaaaa!!! Pokoke senang-senang, melupakan rutinitas sejenak, sekali-kali meninggalkan cucian dan urusan domestic lainnya, sesekali pergi sendirian dan menikmati hidup tanpa direcoki lima krucil saya, pokoke happyyyyyy!! Dan saya merasa berubah menjadi 19 tahun, lupa sama umur yang sebenarnya, karena ternyata saya mampu mencapai curug dengan selamat, teryata saya masih bisa seperti teman-teman yang masih muda dan bersemangat itu! Makasih yang teman-teman!, dah ngomporin saya secara tidak langsung hehehe!!




            Wowww amazing place! It made me refresh my body and soul (maaf kalau salah nulisnya!), dan yang terpenting adalah hikmah dari perjalanan ini, dari mulai prefaring semua perbekalan, menyiapkan anak-anak untuk mengungsi sejenak demi emaknya tercinta, sampai acara di curug, saya bisa menyimpulkan bahwa hidup adalah tantangan, yang harus dihadapi, tak boleh ada kata menyerah kalah sebelum mencoba, dan semua harus  dikembalikan kepada sang Maha Pencipta Allah SWT, akankah kita bersyukur atau kufur? 

            Duhai Robb yang Maha Pengasih dan Penyayang!
Terima kasih atas indahnya hidup yang telah Engkau berikan kepada kami semua, semoga kami bisa menjaga dan melestarikannya meskipun ujian datang bertubi namun kami akan tetap tegar karena Engkau ada dalam hati dan pikiran kami, aammiinn!!




Cianjur, 05 Mei 2013
Catatan perjalanan  Emak Rempong bagian 2

NB : tugas saya di FLP Cianjur dan sudah diposting di IIDN Group

Cerpen Pertamaku



Mei kelabu
Oleh : Aisha Khairunnisa

            Aku bergegas menyusuri lorong sekolah, setelah bu Kepsek memanggilku lewat pesan singkatnya di hapeku rasa degdegan menyeruak di dalam dada, entah apa lagi yang akan dibicarakan beliau denganku kali ini, setelah beberapa hari teraakhir kata-kata dan sikapnya membuatku sengak.

            "Ibu tau untuk apa saya memanggil ibu ke sini?” tanya bu Kepsek setelah mempersilahkan aku duduk di hadapannya, bu Kepsek ynag suka berdandan menor itu menatapku tajam, aku hanya menggeleng, urusan apa lagi ni? Batinku

            “Bu Nuning harus siap dengan keputusan saya ya!’ pintanya tanpa menjelaskan sesuatu pun, aku tak berdaya, apapun keputusan Kepsek semua guru harus mentaatinya, semua berlaku di sekolah ini, bukan hanya untuk honorer sepertiku tapi juga guru PNS

            “Mungkin ibu bertanya-tanya dalam hati, apa kepurusan saya itu, ya kan?’ sambungnya, akupun hanya tersnyum kecut, sudah bisa ditebak, nasibku akan seperti bu Tantri guru honor lain wali kelas 1B, yang terpaksa harus berubah menjadi guru mata pelajatan SBK dari kelas satu  sampai dengan enam, hanya karena ponakan bu Kepsek ingin mengajar di kelas satu, dan aku? Masih teka-teki!

            “Bu Nuning kan jago bahasa Inggris, saya perhatikan ibu lebih piawai mengajar bahasa Inggris daripada menjadi wali kleas dua, ya kan bu?’ tujuan dari ucapannya sudah semakin jelas, namun siapa lagi nih yang akan mengganti posisiku sebagai guru kelas dua, sedangkan guru-guru lain sudah mempunyai tugas masing-masing, aku hanya tersenyum kecut, siap dengan keputusannya, apapun yang terjadi aku hanyalah guru honorer yang tak punya saudara seorang pun di sekolah ini

            “Nah, anak ibu yang perempuan mau ngajar juga disini, dia kuliah di jurasan PGSD sekarang, sekalian praktek, tapi dia harus pegang kelas dua, bu Nuning mengerti maksud saya?” ini namanya memaksa bu, gerutuku dalam hati. Aku tertnduk lemas, tapi ya harus bagaiamana lagi, tak ada seorangpun yang berani menyanggah keutusan seorang Kepsek, kalau berani berarti siap dicoret dari daftar satu
***
            Pagi-pagi sekali, aku sudah harus ke sekolah, memberikan semua buku panduan sebagai wali kelas, pada Risma putri bu Kepsek yang akan mulai ngajar di sekolah ini, dan namanya pun sudah tercantum di daftar satu sejak seminggu yang lalu, berurutan dengn Sandra ponakan bukep. Dari mulai RPP, dan lain-lain yang sudah kupersiapkan sejak malam hari, sampai buku tabungan dan uangnya semua aku serahkan pada ibu guru wali kelas dua, yang baru.
            Ada rasa haru ketika anak-anak di kelas menanyakan perihal penggantian wali kela mereka yang begitu mendadak, juga orang tua murid yang bertanya-tanya, aku hanya bisa menjawab sebisanya
            “Bu guru sekarang ngajar bahasa Inggris sayang!’ jawabku ketika seorang murid bertayna mewakili tman-temannya, tiga puluh pasang mata mungil itu menatapku heran
            “Kan ada bu Risma sekarang, yuk duduk yang manis ya! Nanti bu Risma segera masuk” akupun berpamitan pada murid-muridku yang lucu-lucu dan selalu semangat ketika mengerjakan tugas, hmmmm ada rasa rindu untuk duduk di antara merek lagi, menjelakan perihal hak  dan kewajibn mereka di sekolah dan di rumah dalam pelajaran PKN kemudian disambungkan dengan Bahsa Indonesia dan IPS.
            Aku pun harus siap dengan cercaan para wali murid yang menyayangkan keputusanku untuk menjadi guru bahasa Inggris, mereka tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan akupun tak beraya dan tak tahu harus bagaimana menjawabnya,biarkanlah mereka akan  tahu sendiri pada akhirnya, walupun mereka merasa heran karena sebentar lagi akan knaikan kelas di bulan  depan.
***
            “Bu Nuning bisa bantu saya kan?” suara bu Risma membuyarkan lamunanku, dan tanpa basa nasi dia memintaku unuk mengurusi semua tetek bengek urusan administrasi kelas dua B, dengan alasan aku lebih tahu tentang kondisi dan kemampuan murid-murid di kelas itu, aku pun dengn susah payah membantunya , menerangkan dari A sampai Z, dari urusan absensi sampai urusan nilai akhir di raport mereka, walaupun lelah dan letih karena benar-benar harus menguras tenaga dan pikiran, selain itu aku pun harus mengurusi nilai dan absensi pelajaran bahasa Inggris dari kelas satu sampai enam yang berjumlah 12 rombel itu, tugas yang sebelumnya diemban oleh pak Marto yang juga wali kelas empat A, duhh Allah!! Aku hanya memekik dalm hati dan meminta perlindungn pada sang Maha kuasa, hanya kepada Dia lah  yang akan menolongku dari kegalauan dan kegelisahanku di sekolah ini.
***
            Bu Nuning ada gosip baru lho!,
            Nanti tahun ajaran baru akan ada guru baru tiga orang, yang satu di Perpustakaan, yang satu guru Pramuka gantinya pak Johan, dan yang satu lagi guru basa Sunda
Sebuah SMS mengejutkan ku di pagi hari, dari bu Teti rupanya.
            Kata siapa bu?
Aku membalas SMS itu penuh rasa ingin tahu,
            Dari pak Wakasek
            Betul nih?
            Yaaa kalo engga percaya, tanya aja sendiri!
            Ohh trus, siapa mereka?
            Sudah pasti bu, siapa lagi kalo bukan kelarga besar bu Kepsek
Huukkkk, aku langsung keselek! Mau jadi apa sekolah ini dan mau dibawa kemana? Jika yang ngajar semua adalah  keluarga besar bu Kepsek? Ini kan sekolah Negeri milik pemerintah? Kalau mereka professional dalam mengajar sih engga apa-apa, kalo asal-asalan? Aku bertanya-tanya dalam hati, sabodo amat ahhh!, aku sudah ambil keputusan sendiri, bulan depan aku mau mengundurkan diri, masih banyak kok sekolah yang manajemen nya bagus, siapa takut?
***

Cerpen buat Ultah IIDN


Kelas Ibu-Ibu Hebooohhh!!
Oleh : Aisha Khairunnisa
Aku bergegas menuju kelas, keringat membasahi dahiku, udara sangat panas hari ini, dan aku terburu-buru, hup! Hampir saja aku terlambat, karena kelas dimulai jam satu siang teng!, sudah kesepakatan antara para siswa dan para guru, jadi mau engga mau aku harus tepat waktu, walau sebelumnya aku sudah minta ijin ke bu guru Indari Mastuti dan bu guru Lygia Pecanduhujan kalau aku akan hadir terlambat karena ada sedikit urusan dengan Bank, hmmmm namun resikonya ya aku akan ketinggalan pelajaran yang sangat penting dan berguna bagiku  dan juga bagi semua siswa yang lain yang kurang lebih dua ratus siswa yang ikut pelajaran hari ini, namun Alhamdulillah aku engga terlambat,

“Ayo berbarissssss!!!!” teriak bu guru Lygya yang postur tubuhnya tinggi besar, suaranya tegas dan penuh wibawa, terkesan galak namun ternyata humoris juga, aku sedikit ketakutan meilhat mimiknya yang serius, tapi akhirnya lumer setelah mendengar candaannya, hmmm!, kuku dan gigi kami diperiksa, aduhhh sabaaarrrr banget, bayangkan! Hampir dua ratus siswa diperiksa semuanya, kalau aku jadi bu guru dah pingsan di tengah jalan, habis ada siswa ynag kukunya panjang dan giginya belum digosok sihhh, *bercanda!

“Sudah siap semuanya?” bu guru Indari Mastuti yang cantik campernik itu menyapa semua siswa, kami menjawab serempak, Siaaaapppp!!! Walau ada beberapa siswa yang terlambat hadir juga, bu guru nan modis itu bak menyihir semua siswa, sehingga engga ada satu pun yang berani bersuara ketika beliau menyampaikan materi tentang pembuatan buku, ya pembuatan buku!, kelas ini memang bukan kelas biasa tapi kelas luarrrr biasa!!! sebab diikuti oleh siswa dari seluruh  penjuru tanah air bahkan  dari luar negeri, dari Sabang sampai Merauke, dari Busan, Dubai, Kurdistan ( Irak ), Malaysia, Singapura dan lain-lain, semua siswa nampak antusias! Kami semua terpaku dengan cara mengajarnya yang super cepat dan sangat bersemangat, entah dicas berapa jam tuh bu guru, batrenya engga habis-habis! Bu guru Lygia selalu mengawasi kami dari kejauhan, kami semua terbawa semangat, bukan karena takut disetrap sama bu guru Lygia namun takut ketinggalan materi yang memang hanya dapat kami 'cerna' selama dua kali pertemuan, dua kali jumat, dan setiap pertemuan hanya dalam waktu dua jam, setelah itu kami boleh bertanya-tanya dan mengerjakan tugas yang diberikan bu guru Indari, kami terasa melompat-lompat saking semangatnya, ada yang serius mengerjakan dan langsung setor tugasnya, ada juga yang masih ngerumpi, ada yang celingukan engga ngerti harus mengerjakan apa, ada yang saling contek, ada yang saling memberi masukan, dan ada juga yang saling koreksi, kelas benar-benar ‘hidup’!

Kulihat mba Pawitri Rahayu yang serius, dari balik kacamata minusnya, dia kelihatan sangat doyan baca dan seriously woman, ada mba Umma Azzura yang baik hati dan selalu membimbingku yang rada lemot masalah teknologi, dia gadis Makassar yang sangat cerdas, tak sungkan membantu siapa saja yang butuh bantuannya, ada mba Mocen Susan yang selalu duduk disampingku, dan berbagi ilmunya, Alhamdulillah mereka semua baik, mba Nunung Nurlela, mba Rachmawati, mba Aprilia Zidan Absony, mba Istiadzah Rochyati Dzakaria, mba Ryfati Djunet, mba Tynafh, mba Dedes Astinah, mba Tini Djayadi, kami selalu ngerumpi di kantin untuk saling berbagi ilmu dan koreksi hasil karya, mba Liza P Aryanto yang senasib denganku karena banyak anak hehehe, suka ikut nimbrung juga, mba Sri Rahayu yang suka cerita kalau ketemu suami hanya sebulan sekali, hmmmm!! Atau mba-mba lainnya yang serius dan cerdas-cerdas, dari penampilannya aku bisa menyimpulkan mereka dari kalangan berpendidikan tinggi, ibu-bu yang doyan baca, doyan nulis dan doyan bisnis, kami bertemu di kelas ini karena kami sama-sama dari grup Ibu-Ibu Doyan Nulis, kami semua merasa haus akan ilmu baru tentang dunia tulis menulis, kami butuh bantuan semua untuk mewujudkan mimpi kami menjadi penulis yang karyanya bermanfaat untuk orang lain, selain dapat membuat dompet gendut atau rekening kami membengkak tentunya ( Aaammiinn!! )

“Sudah siap dengan tugasnya?” tiba-tiba bu guru Indari muncul, kami semua terperangah, hadeuhhh!! Aku belum selesai, yang lain juga masih ada yang 'terseok-seok' dalam mengerjakan tugas karena berbagai kendala yang menghalang, ada juga yang masih 'merangkak' karena belum mengerti akan tugas, ada juga yang sudah selesai mengerjakan tugas, padahal tugasnya begitu sederhana, kami diminta untuk menuliskan mind mapping, keringat dingin mengaliri punggungku, berulang kali kubuat mind mapping, masih juga salah, yang lain dah bisa membuat dengan alat dan teknik yang canggih, aku masih manual dengan pulpen dan kertas, belum lagi ditambah tugas baru membuat out line sebuah buku impian kami, alamakkk!!

“Aisha sudah beres?” Tanya yang lain, aku hanya menggeleng, sambil terus mengerjakan tugas, dead line sudah hampir habis, dan ting! Selesailah sudah out line dan mind mapping buatanku alakadarnya, tepat sehari sebelum dead line,dengan tema facebooker (akupun rela merogoh kocek demi dua buah novel karya Iva Afyanti dengan judul Facebook On Love, demi out line pertamaku!) akhirnya,aku bisa bernafas lega, sambil menunggu keputusan  apakah out line ku diterima atau tidak?, sambil menunggu keputusan itu, aku tak sia-siakan untuk mengobrol dan saling kenalan dengan teman-teman, kebetulan kami disediakan rumah kos-kosan (Rumah Alumni Writerpreneur) oleh bunda markom geulis, sehingga kami engga usah ribet nyari kosan atau pulang kampung sampai minggu depan, engga kebayang mba Umma yang harus bolak-balik Makassar Bandung, atau mba Istiadzah Rohyati Dzakaria yang harus pulang ke Kurdistan karena Yayank tercinta bertugas disana, aku masih mending bisa bolak balik Cianjur Bandung, ongkos pun tak menguras dompet, cukup dengan selembar uang berwarna merah muda bergambar Soekarno-Hatta, dan bisa jajan dulu di area Buah Batu, lumayan!!! ( Jadi inget Cimol, Cak We, Lumpia, Awug, de el el hmmm yummy!!) , tapi kuurungkan untuk pulang kampung, karena tak ingin kusia-siakan waktu untuk menimba ilmu dari teman-teman.

Kamar kosku bersebelahan dengan mba Istiazdah Rohyati Dzakaria dan mba Nunung Nurlela serta mba Tini Djayadi ( padahal mba Tini tinggal di Bandung lhooo, beliau segan untuk pulang karena kerasan tinggal di rumah kos, hehehe), setiap malam kami ngerumpi sambil minum kopi yang selalu disediakan oleh mba Tini Djayadi, aku suka iseng nanya-nanya masalah Kurdistan sama mba Isti (panggilan mba Istiadzah Rohyati Dzakaria, habis namanya panjang banget sihhh…jadi disingkat aja ya!) herannya aku tertarik banget dengan suku Kurdi sejak aku masih gadis dulu, ada sesuatu yang mengusik hati, bukan karena cowoknya ganteng-ganteng lhooo, tapi apa yaaa???!!! Aku engga bisa menyebutkannya, mba Isti dengan senang hati bercerita, dari keindahan alam Kurdistan, masakannya, karakter orang-orangnya, tariannya, eehhh ternyata mba Isti juga pernah ikutan joget sama mereka lhooo, hihihi, lucuuuuu dehhhh!!!, dan yang membuat saya terpana adalahhhhhh…!!!! Cerita tentang pernikahan disana yang mana seorang calon mempelai wanita meminta mas kawin sebesar lima kilogram emas!!! Wowwwwww!!! Kalau dibawa ke Indonesia bisa punya lima buah ruko tuhhh!! (Naluri bisnisku sedang bangkit!! Harap maklum!!)  ahhh…pokoknya mba Isti bercerita banyak tentang kondisi disana, dan tak luput cerita tentang bombing area juga hiyyy ngeri juga ya! ( saking senengnya baca blog mba isti!),   , *colek mba Isti ahh!!

Back to the topic!

“Ayoooo semangatttttt!!!!!!!” bu guru Lygia berteriak-teriak kayak Satpam ngejar maling di Mall!, aku terbirit-birit masuk kelas, hah… heh… hoh!!!, keringat kembali bercucuran, pertemuan kedua siap dimulai, bu guru Indari yang camtik menebar senyum, kami semua terpesona, hmmmm!! ;) ;)

“Selanjutnya adalah….!!” bu guru segera menulis di papan tulis dengan cepat, *gayanya emang begitu, cepat, melompat-lompat dan bersemangat!, kami semua siap pasang mata dan telinga *tadi dua pasang panca indera itu kami simpan dulu di lemari hehehe, :D :D!

“Tugas selanjutnya!” tiba-tiba beliau berbalik ke arah kami

What???” teriakku tak sadar, pikiranku melayang jauh ketika beliau menerangkan tugas, (sssttt… maaf sambil chatting sama Indian friends waktu ikut WP 1 dan WP Artikel!) *edisi buka kartu Emak!

Pardon!” seseorang nyeletuk dari belakang

Opo thoooo..?? Ora mudeng aku…!” bisik seseorang,

“Apaaan sihhh?” mba Tynafh menoleh ke arah mba Pawitri yang serius menyimak, mba Pawitri hanya berdehem! Memberi tanda 'jangan berisik', mba Wulan Habibuw mulai gelisah, dia menoleh ke kanan dan ke kiri, mba Dewi Mayangsari menatap bu guru tak berkedip, mba Lita Alifah dan mba Trance Taranokai saling menendang kaki di kolong meja, suara nya berisik, pasti lah!!! wong mereka pake sepatu lars kayak tentara, hehehe! * huffff maaf bercanda, di kelas ibu-ibu keren ini semua anggun-anggun engga ada yang pake sepatu tentara walaupun suaminya tentara atau ayahnya tentara.

“Sssstttttttttttttttttttttttttttttt!!!!!!!!!!!!!!!!” bu guru Lygia segera bertindak, menenangkan para siswa yang gelisah,

“Mengerti semuanya?” bu guru Indari bertanya, kami semua terdiam

“Maaf bu guru kami belum mengerti!” mba Dedes mengankat tangannya

“Okeeee! Tugasnya adalah membuat artikel semenarik mungkin! Dengan judul seheboh mungkin, dengan berita yang up to date, yang sedang hangat diperbincangkan, yang oke banget dengan gaya menulis masing-masing, do you understand?” bu guru Indari setengah berteriak, 

Yessssss!!!!” kamipun mulai gaduh lagi, sibuk dengan tugas masing-masing, yang kasak kusuk cari contekan, yang ngerumpi, yang buka koran, yang baca majalah, yang buka laptop, yang malah cekikikan di handphone karena kangen suami tercinta, *iiiiihhhh bikin ngiri aja, yang minta tolong sama mbah Google! Aaahhh……. pokonya super duper sibuuukkkkkk!! Aku???? Bengong dulu, *edisi mellow, inget sama misua (suami) tercinta, air mata membasahi pipiku, hik hik hik!!, bu guru Lygia berpaling, takut ikut-kutan nangis bombay melihatku mewek! ,maklum sama-sama ditinggal suami! (peluukkkk mba Lygia!!!)


“ PENGUMUMAN!!”
Isinya, bla.. bla… bla….
Tentang out line yang lolos team INDISCRIPT CREATIVE

Papan pengumuman di depan kelas dipasang besaaaarrrr sekali!

Kami berebut ,melihat hasil usaha dan kerja keras kami, engga ada satu pun yang terlewat!, Semua sukses!, kami sukses belajar! Engga sia-sia bagi kami bertemu di kelas ini, dengan biaya yang super duper murah, kami mendapat banyak ilmu,walau kami tidak dapat ‘ranking’, setidaknya kami sudah berhasil mendapatkan ‘raport’, yang mendapatkan  ranking adalah yang out line nya lolos ke Penerbit, yang lain hanya lolos sampai bu guru dan team Indiscript Creative aja, syukur dehhh segitu juga dah Alhamdulillah  banget!,  berarti kami berhasil membangun rasa percaya diri dan melatih diri untuk disiplin, buktinya kami selalu saja mengikuti kuis yang selalu di sediakan oleh ratu kuis sejati jeng Nunu Elfasa, atau ikut lomba-lomba yang disediakan oleh teman-telan lain seperti mba Esti, Mba Rachmah Suka Chemist dan lainnya, atau sekedar share tulisan di IIDN.Group.

Tak ada pertemuan, tak ada perpisahan,
Aku terharu, air mata tak  bisa kubendung hari ini, kami harus berpisah, walau sesekali kami saling sapa lewat SMS, atau inbox di Facebook, namun kelas heboh ini akan selalu kuingat dan kukenang, juga rumah kosan bunda markom geulis yang nyaman, sampai jumpa teman-teman, Sayonara..!!! Ilalliqoo…!!!  See you again! I will always miss you all!!!.muaacchhhh!!!



Cianjur, 24 mei 2013


“Selamat Ulang Tahun IIDN yang ke-tiga semoga selalu tampil cantik, anggun, dan semakin cerdas, sukses untuk semua!”




NB: Mohon maaf, Cerpen ini hanya rekaan belaka, terinspirasi dari grup IIDN, bagi teman-teman yang namanya saya cantumkan mohon keridhoannya, dan yang tidak kucantumkan namanya disini bukan berarti saya melupakan, maklum nulisnya engga sambil buka facebook! Dan mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan nama!

Kamis, 16 Mei 2013

Belajar nulis flash fiction ah!



Abang
            “Let’s go to the beach!” ajaknya, aku mengangguk, seneng banget setiap diajak ke pantai, apalagi dengan….
Aku menggamit tangannya erat, dan seperti biasa ada kehangatan menjalari jemariku yang mungil, dan jemari tangan kanannya seolah menutup semua jemariku dalam genggamannya, aku  bergeming dan menikmati semuanya, tapi entahlah aku tak tahu apa yang dia rasakan sekarang, hmmmmm!!

            “Matahari itu indah ya!” Abang menunjuk matahari yang mulai tenggelam, bias sinarnya begitu memesonakan, aku hanya mengangguk, lalu kutatap dia lekat-lekat dari samping, Abang tak sadar apa yang kulakukan terhadapnya, pria tinggi besar itu tenggelam dalam lamunannya, matanya seolah tak mau kehilangna pandangan sedetikpun dari matahari hingga benda bulat itu tenggelam ke dasar lautan, ada desiran aneh di dalam dadaku, ketika kupandangi Abang kali ini, mungkinkah ini…?

            “Ayo pulang!” suara berat itu membuyarkan lamunanku, khayalku telah terbang begitu jauh,
            “Kalau kau engga malu, akan kugendong kau!’ candanya, aku hanya terkekeh, tubuh mungilku pasti dia sanggup untuk menggendongnya,
            “Coba saja!” tantangku, Abang hanya tertawa, lalu kaki kami terus berjalan menyusuri pasir pantai yang mulai gelap, rasa bahagia ini selalu hadir setiap Abang pulang untuk mengisi libur pekanannya dan mengajakku ke pantai ini.

***

            Aish, minggu ini Abang engga bisa pulang
            Maaf say!

Kubaca berkali-kali SMS Abang, ada kecewa yang sangat dalam menghunjam ulu hatiku, padahal aku sudah menunggunya selama berhari-hari, lima hari serasa lima windu menunggunya pulang, aku pun tak mengerti mengapa kerinduan ini semakin mencekam jiwaku? Dan aku tak membalas SMS nya demi kekecewaan itu, karena sudah kubayangkan, dia akan mengajakku ke pantai lagi minggu ini, seperti ber minggu-minggu sebelumnya, sejak dua tahun lalu kami saling mengenal.

            Semenjak SMS terakhir itu, Abang sulit sekali untuk dihubungi, hingga airmata kerinduan inipun sudah mengering, Abang jarang terlihat on line di facebook atau di jejaring sosial lainnya, dia tak ada  lagi membalas pesan-pesan singkatku lagi, dan anehnya kerinduan ini semakin menghunjam dan mencekam jiwaku, begitu mencekam!

***

            Kususuri pantai sendiri, mengingat kembali kenangan indah bersama Abang, dan kubiarkan angin pantai mengacak-ngacak rambutku, tak terasa buliran air mata mulai meluncur membasahi pipiku, kupandangi ombak yang menjilati bibir pantai yang tak pernah merasa bosan, aku pun mencoba demikian, menanti kehadiran Abang tanpa rasa bosan

            Tiba-tiba…

            “Aish!” suara itu membuncahkan kerinduanku padanya, aku berlari dan mendekapnya erat, air mata ini semakin tak terbendung, Abang begitu mengerti perasaanku, dan ia membiarkanku menumpahkan kerinduan itu.

            Kurasakan desiran desiran aneh menjalari hatiku lagi, kali ini lebih dalam dan sangat menjiwai, aku pun tak mengerti dengan perasaan hatiku sendiri, huff!!

            “Minggu depan ada acara engga?’
            “Engga, aku lebih suka di rumah”
            “Sesekali aku ajak ke luar kota mau ya!”
            “Kemana?”
            “Ke Bandung, mau?”
            “Oww, oke banget, ada acara apa?”
            “Hmmmmm, kamu mau bantu Abang kan?”
            “Pastinya!”
            “Thanks honey!”

Senyumanku mengembang bak bunga rose yang sedang merekah, rasa bahagia meluap-luap memenuhi jiwaku.

***

            Sekarang kukubur semua asaku terhadap Abang di pantai ini, dan tak kan pernah kubuka lagi, biarkan dia bahagia bersanding dengan wanita lain di kota kembang Bandung, karena selama ini aku sudah salah menduga. Kan kusirami kuburan cinta terpendam ini dengan air mata kerinduan semu.

            Namun, dalam lubuk hati terdalam aku berbisik

            I love U Abang, I will miss U Always!