Halaman

Powered By Blogger

Kamis, 16 Mei 2013

Belajar nulis flash fiction ah!



Abang
            “Let’s go to the beach!” ajaknya, aku mengangguk, seneng banget setiap diajak ke pantai, apalagi dengan….
Aku menggamit tangannya erat, dan seperti biasa ada kehangatan menjalari jemariku yang mungil, dan jemari tangan kanannya seolah menutup semua jemariku dalam genggamannya, aku  bergeming dan menikmati semuanya, tapi entahlah aku tak tahu apa yang dia rasakan sekarang, hmmmmm!!

            “Matahari itu indah ya!” Abang menunjuk matahari yang mulai tenggelam, bias sinarnya begitu memesonakan, aku hanya mengangguk, lalu kutatap dia lekat-lekat dari samping, Abang tak sadar apa yang kulakukan terhadapnya, pria tinggi besar itu tenggelam dalam lamunannya, matanya seolah tak mau kehilangna pandangan sedetikpun dari matahari hingga benda bulat itu tenggelam ke dasar lautan, ada desiran aneh di dalam dadaku, ketika kupandangi Abang kali ini, mungkinkah ini…?

            “Ayo pulang!” suara berat itu membuyarkan lamunanku, khayalku telah terbang begitu jauh,
            “Kalau kau engga malu, akan kugendong kau!’ candanya, aku hanya terkekeh, tubuh mungilku pasti dia sanggup untuk menggendongnya,
            “Coba saja!” tantangku, Abang hanya tertawa, lalu kaki kami terus berjalan menyusuri pasir pantai yang mulai gelap, rasa bahagia ini selalu hadir setiap Abang pulang untuk mengisi libur pekanannya dan mengajakku ke pantai ini.

***

            Aish, minggu ini Abang engga bisa pulang
            Maaf say!

Kubaca berkali-kali SMS Abang, ada kecewa yang sangat dalam menghunjam ulu hatiku, padahal aku sudah menunggunya selama berhari-hari, lima hari serasa lima windu menunggunya pulang, aku pun tak mengerti mengapa kerinduan ini semakin mencekam jiwaku? Dan aku tak membalas SMS nya demi kekecewaan itu, karena sudah kubayangkan, dia akan mengajakku ke pantai lagi minggu ini, seperti ber minggu-minggu sebelumnya, sejak dua tahun lalu kami saling mengenal.

            Semenjak SMS terakhir itu, Abang sulit sekali untuk dihubungi, hingga airmata kerinduan inipun sudah mengering, Abang jarang terlihat on line di facebook atau di jejaring sosial lainnya, dia tak ada  lagi membalas pesan-pesan singkatku lagi, dan anehnya kerinduan ini semakin menghunjam dan mencekam jiwaku, begitu mencekam!

***

            Kususuri pantai sendiri, mengingat kembali kenangan indah bersama Abang, dan kubiarkan angin pantai mengacak-ngacak rambutku, tak terasa buliran air mata mulai meluncur membasahi pipiku, kupandangi ombak yang menjilati bibir pantai yang tak pernah merasa bosan, aku pun mencoba demikian, menanti kehadiran Abang tanpa rasa bosan

            Tiba-tiba…

            “Aish!” suara itu membuncahkan kerinduanku padanya, aku berlari dan mendekapnya erat, air mata ini semakin tak terbendung, Abang begitu mengerti perasaanku, dan ia membiarkanku menumpahkan kerinduan itu.

            Kurasakan desiran desiran aneh menjalari hatiku lagi, kali ini lebih dalam dan sangat menjiwai, aku pun tak mengerti dengan perasaan hatiku sendiri, huff!!

            “Minggu depan ada acara engga?’
            “Engga, aku lebih suka di rumah”
            “Sesekali aku ajak ke luar kota mau ya!”
            “Kemana?”
            “Ke Bandung, mau?”
            “Oww, oke banget, ada acara apa?”
            “Hmmmmm, kamu mau bantu Abang kan?”
            “Pastinya!”
            “Thanks honey!”

Senyumanku mengembang bak bunga rose yang sedang merekah, rasa bahagia meluap-luap memenuhi jiwaku.

***

            Sekarang kukubur semua asaku terhadap Abang di pantai ini, dan tak kan pernah kubuka lagi, biarkan dia bahagia bersanding dengan wanita lain di kota kembang Bandung, karena selama ini aku sudah salah menduga. Kan kusirami kuburan cinta terpendam ini dengan air mata kerinduan semu.

            Namun, dalam lubuk hati terdalam aku berbisik

            I love U Abang, I will miss U Always!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar