Emak Gue Galau
Oleh : Aisha Khairunnisa
“Mak!”
panggilku seraya mengetuk pintu, dan seperti biasa Emak hanya mendehem, tak ada
jawaban, meski telah kuketuk pintu kamarnya entah untuk yang keberapa kali.
Namun tak tega hati ini untuk membuka paksa pintu walau tak terkunci, engga
sopan! Aku kemudian membalikkan badan, dan wajahku pun kembali sengak.
Ada apa dengan Emak? Mengapa Emakku
berubah seratus delapan puluh derajat?, Emak yang dulu periang kini pendiam,
bahkan super pendiam, Emakku yang
dulu penyayang, kini pemarah minta ampun, engga boleh salah dikit, aku dan si Abang
pasti akan kena damprat, seperti kejadian sore kemarin, Abang tak sengaja
menupahkan sayur lodeh diatas meja makan,, karena kecerobohannya waktu
menyinduk sayur itu, dia nampak terburu-buru, mungkin karena rasa lapar yang
sangat karena dari pagi belum sarapan atau karena sudah ditungu teman-temannya
untuk main basket,
“Haaahhhhhh!!!!”
Emak berteriak seraya melotot. Kemudian
mengungkapkan kata-kata lain yang lebih kotor, tatapan indah dan sayu milik Emak
kini sudah tak ada lagi. Abang dan aku terdiam, belum pernah kata-kata kasar
nan kotor itu meluncur dari mulut Emak, Emak benar-benar telah berubah, akupun
berbisik dalam hati,
‘kalau
anaknya anak oon, lhaaa emaknya apa donk..??!!’ husssss, ngawurr!!
“Maaf Mak, aku engga sengaja!” Abang
membela diri, kemudian tubuh tinggi besar nya menghilang di balik pintu kamar,
aku terharu melihatnya,
“Pake otakmu! Pake matamu!’ teriak Emak
lagi, aku hanya menunduk, rasa sedih dan khawatir menyergap batinku, aku engga
bisa berbuat apap-apa, keheninganpun selalu menghantui kami setiap malam, kami
sibuk dan tenggelam dengan ‘tugas’ masing-masing, Abang asyik ngegame online di kamarnya, aku menulis
di lappiku, dan Emak? Entah apa yang
sedang dikerjakannya, aku dan Abang tidak pernah tahu, dan seharian Emak selalu
mengurung diri di kamarnya.
Tak ada lagi baca Qur’an bareng
seperti dulu ketika Babeh masih hidup, atau makan malam sambil nonton bersama,
mengomentari sinetron atau berita di Televisi, atau menonton film tervaru lewat
DVD player, semua sudah berlalu.
***
Kududuk sendiri di teras sekolah
pagi ini, hatiku kusut, walau sebenarnya udara sangat hangat, angin semilir
sepoi-sepoi, dan awan putih berarak beriringan seakan-akan melambaikan tangan
seraya mengucapkan ‘Selamat Pagi’, namun aku tak merasakan hangat dan indahnya
pagi ini, hatiku kusut dan pikiranku kacau balau, ada sesuatu yang membuat aku
merasa sengak sehingga tak ada
secuilpun senyum tersungging dari bibirku,
“Hoiiii,pagi-pagi dah melamun,Cing!” seseorang menepuk pundakku dari
belakang, kutahu dari suaranya yang berat, itu pasti Ichal yang punya nama asli
Faisal, beberapa saat kemudian Ichal sudah ada disampingku dan menggamit tanganku
yang dingin, biasa dehhh cowok rese
berkacamata ini selalu sok akrab, fuihhh!!
“Eiitttt!! Sembarangan pegang-pegang!’
kulepaskan pegangannya dengan paksa, aku jengah,
walaupun dia sangat baik dan perhatian terhadapku, melebihi perhatian Hilman abang
sematang wayangku di rumah, Ichal terkekeh, yoiiiilaaah! Ada maunya sih!
“Kenape
looo! Pagi-pagi dah punya tampang sengak?
kayak pembokat yang belum gajian setaon!!!” celotehnya, aku tambah
manyun, boro-boro mau jawab pertanyaan si rese
ini, yang ada malah tambah mumet nih
kepala!
“Naz! Kamu kenapa sih?” Ichal masih
juga penasaran “Kamu yang biasa cerah ceria seperti sinar mentari pagi kok tiba-tiba
jadi mendung begini seccchhhhh???”
Aku
hanya tersenyum kecut, Ichal menatapku sabar, dia masih menungguku menjawab
pertanyaannya,
“Hmmmmm” gumamku
“Aku aja engga tau apalagi kamu”
jawabku sekenanya
“Hahaha kamu ini dasar doodollllll!!!”
pekiknya
“Enga mungkin lah yaw!!, kamu engga
tau penyebab yang buat wajahmu kusut kayak baju belum pernah dicium setrikaan?”
“Hi hi hi…” akhirnya aku terkikik
juga mendengar kata-katanya yang konyol itu
“Naaaahh gitu donk tertawa!! “
“Aku benci sama Emak!” lanjutku,
“Wow
what happen? Sejak kapan kamu benci emakmu yang jelita itu?”
“Eaaallaaahhhhh…!!! pake nyanjung
emak gue segala, dasar kamprettt!!!”
“Yoi lah..! Emaknya jelita, wong anaknya juga cuantikk tenan!!!” pujinya dan hampir saja
jemarinya menjawil pipiku,
“Doddooolllllll!!!!!!!” aku
mencubitnya keras-keras, dan sumpehhh!! si Ichal kesakitan banget karena kuku
panjangku hampir saja merobek kulit lenganya yang putih dan berbulu itu.
Tengah malam, kami ngerumpi di Facebook, Ichal rupanya masih penasaran
dengan ucapanku tadi pagi di Sekolah
Faisal : Naz, Emakmu kenapa?
Nazwa : Ga tau tuch! Emang nape?
Faisal : Kamu kok aneh?, Emak sendiri dibenci, ga
butuh dia nape?
Nazwa : Huhhh sok tau lo, mau tau aje, rese!
Faisal : plissss ceriatin donk! Kalo ade ape-ape
kasih tau aku ya, tell me darling!
Nazwa
: beuhhh ogah banget ngomong sama kamu!
Entar sekmpung pada tau cerita gue, sorry guy!
Tanpa
basa basi aku langsung offline, males
ngomong sama ‘ember’!
Emak Oh Emak! Kenapa sih Emak jadi
berubah gitu? Plisss deh ihh! Aku bener bener ga ngerti dengan sikap Emak
sekarang, dia lebih banyak nyungsep di kamarnya daripada ngobrol sama gadis
cantik anak kandungnya ini hik! L L
Tiap hari, engga siang atau malam
Emak ngumpet di pojokan kamarnya, kayak hamster
aja, memang sejak Babeh meninggal setahun lalu keceriaan wajah Emak semakin
surut, Emak jadi sering marah-marah engga karuan, engga ada hujan ataupun angin
Emak marah, siapapun bisa kena marahnya walau aku atau Abang engga melakukan kesalahan apapun, kami
jadi saling tuding atas penyebab kemarahan Emak tiap hari, duniaku semain
sempit ditambah lagi Abang mulai engga betah tinggal di rumah, alasannya selalu
ada saja, entah lomba basket lah, entah kerja kelompok lah, atau nginep di
rumah wak Jumali kakaknya Babeh yang anaknya perempuan semua, mungkin
sekalian ngecengin temen-temen anaknya wak
Jumali kaliii hehehe. :D :P
***
Suatu hari di depan pasar,
“Naz mustinya lo kudu faham
kebutuhan emak lo!” Tante Mira sobat Emak menasihatiku setelah kami ngobrol
panjang lebar perihal Emak yang berubah drastis, aku biasa curhat ke tante yang
baik hati ini,
“Emang Emak butuh apa?” aku bener
engga tau apa maunya Emak soalnya Emak ga pernah ngobrol
“Emang lo engga merasa kehilangan
sosok Babeh?” mata tante Mira menatapku tajam
“Ya sih,Te!, aku juga butuh seseorang yang bisa membuat rumah ini kembali
hidup seperti ketika ada Babeh”
“Nah… entu lo ngerti, maksud Tante
juga gitu, Emak lo juga butuh seseorang untuk curhat’’ aku mengangguk, beban di
dada ini mulai berkurang.
Di
lain hari,
“Naz! Sini deh gua ceritain!” Amanda menarik tanganku ke pojokan kelas,
“Ada apaan sih, Man?” aku penasaran,
“Lo tau kagak? Emak lo suka main ke
rumahnya om Eddy!” tanyanya kemudian, aku menggeleng,
“Aku sering lihat emak lo disana!
Ampir saban hari lhoo!” tambahnya, aku terkesiap, mau ngapain emak ke rumanhya om Eddy?
Pemilik kursus bahasa Inggris di ujung jalan, yang memang deket rumahnya
Amanda, aku yakin Amanda engga bohong, dia sahabat baikku,
“Gue sempat ngobrol pas berpapasan
sama emak lo!”
“Trus?”
“Ya dia Cuma ngomong aja ada perlu
sama om Eddy!’
“Ohhh!!” aku pura-pura ngerti,
padahal pikiranku kusut penuh tanda Tanya
Di lain waktu,
aku temukan handphone Emak berdering, dan Emak
sedang di kamar mandi, tanpa ijin aku angkat
handphonenya,
“Hello”
seeorang menyapa, nada bicara orang asing
“Hello!”
jawabku
“May
I speak with mrs.Hamdanah?” pintanya
“Emmm
sorry she is in bath room” jawabku
“Who
are you?” tanyanya, kubayangkan dia menghernyitkan dahinya, dari nada
suaranya dia nampak heran
“I
am her daughter” jawabku
“Ohh
oke, tell her I am calling!” lanjutnya, kemudian koneksi terputus tanpa
sempat kutahu namanya, namun di layar handphone
Emak hanya tertulis ‘Kuwait Man’, aku tambah penasaran, ada apa dengan Emak?
Emak emang jago bahasa Inggris, tapi emak
engga pernah berhubungan dengan orang asing.
“Tadi ada yang nelpon ya?” ternyata
emak sudah ada di belakangku
“Ya” jawabku dingin
“Siapa?” Emak menatapku tajam,
seolah mau menerkamu karena sudah berani menjawab panggilan masuknya, aku hanya
menggeleng kemudian meninggalkan Emak sendiri, dan sejak saat itu hubungan kami
semakin renggang.
***
“Nazwaaaaaaaa!!!”” seseorang
memanggilku dari jauh, beuh! Si Ichal lagi! Tapi kuhentiakn langkahnku demi
menjaga perasaannya, tapi bukan berarti aku menyuakinya lebih dari seorang
teman seperti yang diinginkannya,
“Naz! Mo kemana lo?” suaranya
tersendat, karena permen karet di mulutnya,
“Kantin, emang nape?”
“Gue boleh ikut ga?”
“Mau nraktir ya!” godaku, padahal
ngarep banget hehehe, soalnya jarang-jarang aku nginjakin kaki di kantin setelah Babeh meninggal, yaaa darimana Emak
dapat duit? Emak engga punya pekerjaan sama sekali!
“Ok ok ok, gue ngerti kok! Tapi lo
juga mesti ngerti gue dan perasaan gue terhadap lo! Deal?” Ichal mengajakku bersalaman tanda setuju, sudah pasti aku
menolaknya, ‘Emangnya gue cewek apaan?
Sebegitu mudahnya enrima cinta cowok yang gue engga suka hanya demi sepotong
bakwan?’ Batinku bergenuruh, aku pun membalikkan badan dan kembali ke
kelas.
“Naz!, Nazwa!” Ichal berteriak
memanggilku, aku engga peduli, semua orang yang ada di tempat itu menatap kami,
puihhh hari yang menyebalkan!!! L L
Air mata bergulir dengan cepat, aku terisak karena akupun terbayang wajah Babeh
yang begitu menyayangiku, masih ingat pesannya agar aku menjaga diri dari
gangguan laki-laki, Babeh ingin aku jadi perempuan baik-baik dan mandiri, yang
tak mudah dirayu laki-laki gomballer,
atau dengan mudah mnerima cinta laki-laki hanya karena aku butuh uang,
tidakkkkkkkkkkkk!!!!!! Aku benar-bebar sedih, L L
“Babehhhhhh!!!!” batinku menjerit
memanngil namanya, engga kebayang kalau Babeh masih hidup, entah udah diaapain
tuh anak yang melecehkanku hanya karena dia punya duit, memang Babeh tak sekaya
kakaknya, wak Jumali, atau sehebat ayahnya Ichal yang Dokter terkenal di kota
ini, Babeh hanya seorang teknisi di sebuah bengkel mesin, tapi dia tipe ayah
yang sangat perhatian sama keluarga, apapun kebutuhan kami selalu di nomor
satukan, sampai dia sendiri lupa akan kesehatan, sehinga kanker paru-paru menyerangnya
sampai akhir hayat, Babeh tak memberikan ijin sama Emak buat membantu Babeh
cari duit, walaupn Emak punya banyak potensi untuk itu, Emak lulusan D2 sebuah
PTN jurusan bahasa Inggris, Emak pun bisa menjahit pakaian, namun Babeh
benar-enar memanjakan Emak, Emak tidak boleh capek, karena menurut Babeh Emak
sudah cukup lelah dengan urusan domestic,
Emak sudah repot dengan urusan keluarga, makanya Babeh engga setuju kalau Emak
bekerja di luar rumah, tapi kini?
***
“Naz, mana si Abang?’ Tanya Emak,
dia nampak lelah, dahinya berkeringat, wajahnya kusut,
“Abang belum pulang” jawabku pelan kemudian
aku menunduk menghindari tatapan mata emak, entah kenapa aku jadi takut menatap
mata Emak sekarang, seolah mata itu sudah berubah menjadi mata ‘setan’,
“Sudah di SMS?” pinta Emak tak
langsung, aku buru-buru membuka Handphone
dan menulis SMS,
“Kamu sudah makan siang, Naz?”
lanjut Emak, aku hanya menggeleng sebagai jawabannya, segan rasanya
mengeluarkan suara untuk situasi seperti sekarang,
“Makan dulu gih! Emak beli nasi
Padang tuh!” suara Emak menurun, ada nada bahagia disana, namun hati ini
mengelitik, sebuah pertanyaa iseng meluncur dari mulutku
“Dari mana Emak dapat duit?”
“Jangan banyak ngomong, cepat makan!
Entar Emak jelasin kalo si Abang dah balik!”
Tanpa
basa basi, kusambar sebungkus nasi Padang itu, karena perutku sudah tak bisa
diajak kompromi!
“Naz! Kamu butuh berapa duit buat
bayar LKS dan yang lainnya?” Emak duduk di sampingku, sementara aku asyik
dengan makan siang,
“Entar aku hitung dulu!” ada rasa
bahagia menghinggapi hatiku kini, Emak sudah mulai jinak! * emangnya singa? Sorry,Mak!
“Kamu punya utang saman temen?” lanjut
emak, pertanyaannya membuatku miris, yaaa aku banyak utang sama Manda karena aku
sering kelaparan kalo pas istirahat, daripada makan gratis sama Ichal the Rese Boy, leih baik aku ngutang sama
Manda!
“Yaa…” jawabku takut-takut, Emak
hanya mendesah! Akupun harus siap dengan omelannya, walaupun Manda juga tak
memaksaku untuk segera bayar utang,
“Assalamualaikum!” Abang pulang dengan
pakaian banjir keringat, rupanya dia ngebut menggenjot sepedanya karena
tersulut isi SMS ku,
‘Bang!
Kalo lo mau selamat dari terkaman singa betina, cepat pulang!’
Hihihi,
maafin aku Mak! Soalnya kami takut banget sama Emak akhir-akhir ini, dan kami
pun pernah menjuluki Emak dan Babeh sebagai ‘sepasang singa’ ketika kami masih
SD dulu, waktu itu kami melihat Emak dan Babeh bertengkar hebat gara-gara Emak pengen
kerja di pabrik garment, maafkan kami, Beh!
“Lo berdua denger ya baik-baik!” Emak
membuka pembicaraan setelah kami selesai makan siang
“Lo berdua pasti curiga kalo Emak
punya banyak duit” kami mengangguk hampir berbarengan,
“Emak juga bingung harus ngomong apa!,
lo berdua tau kan Emak ga punya kerjaan?, harta peninggalan Babeh hanya cukup
untuk hidup kita setaon!, sedangkan kita musti terus makan, kan?” Emak menarik
nafas dalam, kami hanya terpaku melihatnya dan masih menunggu kelanjutannya,
“Emak engga tega minta tolong kalian
buat bantuin Emak cari duit, walaupun kalian dah besar, akhirnya Emak banting
tulang, emak pontang panting cari kerja, tapi Emak engga mau keluar rumah, akhirnya
Emak minta bantuan om Eddy, dia pun nolongin Emak dan bantuin Emak cari duit
lewat Internet, kebetulan Emak masih inget sama bahasa Ingris, Emak diminta
buat buka kursus bahasa Inggris online
buat anak-anak, Alhamdulillah banyak peminatnya, disamping itu Emak pun bisnis online sama orang Kuwait, dia baik
banget,Emak engga perlu ngeluarin modal, Emak hanya jadi sales dan dibayar pake dollar,
hasilnya lumayanlah! Cukup buat makan sehari-hari sama biaya sekolah lo berdua!”
Emak menyeruput es teh manisnya,
“Kalian ngerti sekarang? Kenapa Emak gumpet terus di kamar!, Emak yakin kalian
gelisah lihat Emak, tapi Emak ga peduli, yang ada dalam otak Emak sekarang
adalah duuiiittt titik!, yang penting halal! Ngerti kagak lo?” kami mengangguk
berbarengan, rasa haru menyelimuti hati, Emak ternyata pejuang tangguh! Demi
kami dia rela mengurangi waktu istirahatnya, demi kami dia rela diomongin orang
gara-gara jarang gaul, aku malu seharusnya dah segede ini bisa bantu Emak cari
duit, tapi Emak engga pernah minta,
“Nih buku tabungan lo berdua, kalo
perlu lo boleh ambil lewat ATM! Tapi inget lo kudu hemat, ambil seperlunya
aja!” Emak melemparkan dua buah buku tabungan, dua-duanya atas nama Emak QQ
nama aku dan Abang, kami terhenyak melihat jumlahnya, fantastis! Dalam waktu kurang
dari setahun, ternyata Emak sudah bisa cari duit sebanyak ini, air mata haru
meluncur di pipiku, aku terisak, Abang memeluk Emak erat,
“Maafin aku ,Mak!!” Emak tenggelam
dalam pelukan Abang yang tinggi besar, Abang menangis, tubuhnya terguncang, dia
memang mudah tersentuh perasaannya, aku hanya diam terpaku
“Harusnya aku yang gantiin Babeh
cari duit, bukan Emak!” suara Abang berat dan serak, Emak pun menangis,
mengelus rambut Abang dan mencium pipinya, kemudian keningnya.
Dalam lubuk hati terdalam, aku
menyesal pernah mencurigai Emak yang bukan-bukan, karena aku pernah memergoki Emak
chatting on skype dengan seorang pria
Arab seusianya, aku takut Emak jadi istri simpanan si Arab, seperti kebanyakan
emak-emak di kampung ini, rupanya dia kolega bisnis Emak, bukan pacar yang
selama ini aku duga, waktu itu aku mengintip Emak lewat lubang angin di atas
pintu kamar Emak.
Maafin aku, Mak!
Cianjur, 25 Mei 2013
Bagus ceritanya. Perjuangan seorang emak untuk menghidupi keluarganya dan ternyata berhasil.
BalasHapusKalau di kirim ke media bagus nich...duit nich ha ha ha
Lanjut Jeng nulisnya, jangan sampai blognya terlalu lama nganggur
Salam hangat dari Surabaya
Siap bos! makin semanagt nih nulisnya!
Hapus