Hampir setahun aku hidup menjadi single parent.
Kata orang Sunda " teu ngabibisani beuki lila beuki emut wae ka almarhum teh", tidak bisa disangkal semakin lama semakin teringat semua kenangan dengan almarhum yang sangat dicintai, entah itu orang tua ataupun pasangan hidup.
Masih tersimpan dalam ingatanku, ketika suami memintaku untuk mencium pipi dan keningnya, dan itu adalah permintaan terakhirnya.
"Ma... cium babeh donk!" pintanya dengan nafas yang tersengal, berat terdengar, badanya menggigil, dia menahan rasa sakit yang sangat di dadanya, penyakit paru-paru yang menyerangnya selama tiga tahun semakin ganas saja menggerogoti badannya, yang semakin kurus dan kering. Aku mendekapnya erat, menciumnya di pipi dan keningnya dengan penuh cinta dan sayang, dengan harapan dia akan kembali sehat seperti semula. Dia merespon ciumanku dengan senyuman yang lebar, matanya mengerjap bahagia, " Mama masih sayang babeh kan?", " Ya, pastiii..." " Terima kasih yaaa, Mama tambah cantik kalau habis cium Babeh!" pujinya, aku hanya tersenyum dan menyeka airmata yang sejak tadi bergulir tak tertahankan.
Aku masih punya harapan untuk melihatnya kembali sehat seperti sedia kala, sehingga akupun berusaha membawanya kembali ke Rumh Sakit, namun Allah menginginkan yang terbaik untuknya dan untuk kami keluarganya, Allah memnaggilnya pulang, aku melihat dan merasakan bagaimana dia melepaskan syakaratul maut, bagaimana dia mengucapkan lafadz Allah dari mulutnya, bagaimana dia melepaskan nafas terakhirnya, karena dia ada dalam pelukanku waktu itu. Innalillahi wainna ilaihi rooji'uun!! dia pergi untuk selamanya.
Ku berharap dan berdo'a mudah-mudahan dia memaafkan semua kekhilafanku terhadapnya, dan Allah menerima semua amal ibadahnya, dan kuinginkan mudah-mudahan ciumanku adalah ciuman terindah untuknya. Amiinn!!!